MEMBANGUN MASYARAKAT INTELEKTUAL DI ERA SOCIETY 5.0: PERAN IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH (IMM)
Indonesia saat ini sedang mengalami masa transformasi besar dalam era society 5.0. Era ini ditandai dengan berkembangnya teknologi yang mutakhir dan berdampak besar pada berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan untuk berpikir kritis, inovatif, dan adaptif dalam menghadapi perubahan yang mutakhir. Ada empat perubahan yang dimana salah satunya era 4.0 dan 5.0. Sebelumnya di era 4.0 (information society) yang dimana era ini tengah dijalankan seluruh dunia. Teknologi informasi, jaringan internet, dan kecerdasan buatan (artificial intelligence). Setelah itu, muncullah society 5.0 sebagai era disrupi. Era society 5.0 tahap lanjutan yang mengedepankan pemanfaatan teknologi dan membawa dampak di kehidupan sehari-hari, salah satunya pada masyarakat dan pendidikan.
Dalam konteks ini, peran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah salah satu organisasi otonom Muhammadiyah yang bergerak di bidang dakwah amar ma’ruf nahi munkar dengan tiga bidang kajian, yaitu: keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan. Menjadi salah satu elemen bangsa yang memiliki peran strategis untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang baik termasuk membangun masyarakat intelektual di era society 5.0. IMM memiliki tanggung jawab dalam membangun masyarakat intelektual di era 5.0 yang tidak hanya cerdas teknologi, akan tetapi harus memiliki pemahaman moral dan sosial. Pada dasarnya Indonesia sedang maraknya kekurangan literasi yang dimana masyarakat harus memiliki kesadaran kecerdasan intelektual.
Akhir September 2020, World Population Review menginformasikan tentang rata-rata kecerdasan intelektual yang dimiliki penduduk pada suatu negara. Dari 199 negara, Indonesia mendapat peringkat 130 hal ini pada kawasan Asia Tenggara hasilnya cukup memilukan. Pemerintah harus extra menghimbau hal tersebut, kemampuan bernalar tetap memiliki erat dengan kemajuan. Apalagi di tengah jaman yang diterjang teknologi. Dengan ini peran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) berkontribusi karena menjadi masyarakat intelektual bukan hanya menginterprestasi dunia akan tetapi merubah dunia. Dimana sifat intelektual salah satunya aktif dalam sejarah dan melakukan pembenahan terhadap realitas kehidupan sosial. Dalam realitas sekarang, masalah yang besar adalah peristiwa dehumanisasi yang melanda pada berbagai belahan dunia. Salah satunya, kebudayaan yang datang dari Barat dengan mengindahkan nilai-nilai agama dan mengalami kemajuan teknologi sangat pesat tetapi meninggalkan residu peradaban modern.
Peran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam konteks ini adalah mendiseminasikan pemikiran dan gerakannya diaktualisasikan dalam tiga bidang garapan, yaitu: keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan. Dalam buku yang berjudul Prison Notebooks, Gramsci mengatakan bahwa semua manusia adalah seorang intelektual, namun tidak semua orang bisa menjalankan fungsinya. Seorang yang menjalankan fungsi intelektual terbagi menjadi dua tipe. Pertama, Intelektual tradisional adalah intelektual yang dihormati karena pengetahuannya. Kedua, Intelektual organik berhubungan langsung dengan peusahaan yang memanfaatkan mereka untuk berbagai kepentingan serta memperbesar kekuasaan dan kontrol. Gramsci menyakini bahwa intelektual organik ini senantiasa aktif dalam masyarakat untuk mengubah pikiran dan memperluas pasar serta berbuat secara dinamis.
Menurut Muhammad Abdul Halim Sani dalam bukunya yang berjudul Manifesto Gerakan Intelektual Profetik, “Cendekiawan pada dasarnya adalah para pekerja-pekerja budaya yang selalu berupaya agar kebudayaan berkembang menjadi suatu yang lebih berada, sesuai dengan tuntunan zaman berdasarkan nilai nilai illahi. Pangkal atau titik tolak cendekiawan Nampak pada kegelisahan dan keprihatinan intelektualnya didasari pada kesadaran nilai-nilai agama, ketika bentur dengan realitas sosial. Kesadaran tersebut selaras dengan keprihatinan yang dimiliki oleh para nabi,mujtahid yang mempertanyakan keharusan teologis yang terpantul dalam realitas sosial. Tugas cendekiawan adalah meneruskan tradisi kenabian dalam melakukan transformasi sosial yang berkeadilan guna terciptanya khairu ummat.”
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan organisasi yang memiliki ciri gerakan intelektual profetik berdasarkan alasan yakni: respon terhadap realitas makro yang menyebabkan dehumanisasi, respon terdapat diri IMM yang membutuhkan paradigma gerakan dalam rangka menyikapi realitas sosial, dan respon terhadap amal usaha dan sejarah Muhammadiyah. IMM dituntut untuk selalu aktif berbuat dan bergerak, tujuannya menjadi agen perubahan dalam suatu masyarakat yang menjadi intelektual organik. Peran seorang intelektual menurut Ali Syari’ati lebih khas, sekaligus menjadi pembeda makna intelektual yang berasal dari muslim sendiri. Dalam konteks ini, para kader IMM diharap mampu menjadi mansia yang tercerahkan (rausyanfikr) yang fungsi utamanya melanjutkan perjuangan nabi dan mengamalkan dan mendakwahkan nilai-nilai ajaran Islam tentunya dengan memperbaiki problem sosial yang terjadi saat ini. IMM tidak selaknya bersikap acuh tak acuh dan apatis dalam kehidupan bermasyarakat, minimal dalam skala kecil yaitu kehidupan dalam masyarakat mahasiswa. Dengan ini tak jauh dengan dakwah KH. Ahmad Dahlan yang mengajarkan pada santrinya surah Al-Imran ayat 104 yang isinya kita harus mengerjakan suatu yang berkaitan dengan amar ma'ruf nahi munkar.
Referensi :
Sani, Muhammad Abdul Halim. Manifesto Gerakan Intelektual Profetik Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Yogyakarta:Samudra Biru,2011),49.
Haq, Rafi Tajdidul. “Peran Intelektual di Tubuh IMM” Januari 20, 2023. https://web.suaramuhammadiyah.id/2023/01/20/peran-intelektual-di-tubuh-imm/
“IMM dan Tantangan Zaman di Era Disrupsi.” Faktual.Net. 25 Januari, 2022. https://faktual.net/reaktualisasi-jelang-era-society-5-0-tingkatkan-sukma intelektual-inovasi-baru/
“Rendahnya Kecerdasan Intelektual Manusia Indonesia.” Kompas.com. 5 November,2022. https://www.kompas.com/sains/read/2022/11/05/070000623/rendahnya kecerdasan-intelektual-manusia-indonesia?page=all
Komentar
Posting Komentar